Saturday, August 12, 2006


'yesterday'

Dua hari aku tidak bertemu dengannya. Katanya dia pergi mengunjungi lelakinya. Dan kemarin aku berharap ada senyum di wajahnya ketika mungkin dia akan bercerita banyak tentang kisahnya, tentang mimpi-mimpinya, tentang kota merah jambunya. Tapi ternyata tidak. Dia datang padaku dengan air mata itu lagi. Bahkan lebih banyak. Perih. Pedih. Lelakinya hilang. Bukan diculik nenek sihir seperti dalam mimpi buruknya dulu. Tapi dicuri oleh perempuan yang mengaku sahabat baiknya. Dan aku tak melihat lagi kerlip-kerlip harapan di tatapan matanya. Remuk. Hancur. Tinggal puing-puing... Jemari kasarku mencoba untuk menyeka butiran bening di pipinya, berharap bisa mengurangi pedih itu. Aku geram. Aku marah. Dia terluka. Mungkin dia hampir mati. Andai aku punya mesin waktu. Aku akan pergi ke kota merah jambunya saat itu juga. Aku jemput lelakinya. Aku simpan dalam toples istimewa miliknya, yang katanya cuma satu. Lalu aku berikan buat dia. Biar tak kan pernah hilang lagi. Biar dia bisa tersenyum lagi. Tapi... Terlambat mungkin.. Atau, bolehkah aku ambilkan alkohol? Mungkin juga betadine biar steril semua lukanya?

2 comments:

puput said...

dunno what to say...
thanks sista. eniwe,tanganku lbh kasar kok :P

puput said...

ncissss..
i miss u toooooo...